Jangan Lupa Bahagia

Rabu, 16 Desember 2015

Cerita Pendek



Menak Jingga
Zaman dahulu kala terdapat sebuah desa yang  jaraknya jauh dengan Kerajaan majapahit. Di sana tinggal seorang Pahit Logender. Ia hidup  bersama  Damarwulan,  Dewi Anjasmara, dan anak sulungnya. Damarwulan adalah menantu dari Patih Logender karena Damarwulan telah memperistri kedua anaknya.
Siang itu Patih Logender mendapat amanat oleh Sang Ratu Ayu Kencana Wungu bahwa Damarwulan ditugaskan untuk melawan Minak Jingga . Akan tetapi Patih Logender tidak yakin Damarwulan bisa mengalahkan. “Jika nanti Damarwulan kalah bagaimana dengan anakku pasti akan menjadi janda. Tetapi, kalau menang dia akan menjadi raja di Majapahit.” Patih Bingung dengan amanat Sang Ratu Ayu Kencana Wungu di sisi lain ia juga memikirkan kepentingan keluarga.
“Sabdapalon ...., Sabdapalon...!” Patih Lodeger memangil salah satu orang abdinya.
“Iyaa, gusti.” jawab Sabdapalon dengan lari terbirit-birit.
“Panggilkan Damarwulan untuk menghadap sekarang juga.”
“Baik gusti.”
Tidak lama kemudian Damarwulan datanng di hadapan Patih Lodenger.
“Ada apa bapak memanggilku ?”
“Ratu Ayu Kencana Wungu meminta kamu untuk menghadap ada sesuat yang dibicarakan, cepatlah kamu bersiap-siap.”
“Baik lah, Bapak.”
Berangkat lah Patih Logender dan Damarwulan sepanjang perjalannya hampir semua orang hormat. Tidak membutuhkan waktu lama Damarwulan dan Patih Logender sampai di istana. Mereka langsung menghadap Ratu Ayu Kenncana Wungu.
“Ini Damarwulan, Kanjeng Ratu.”
“Anak muda benar kamu Damarwula?”
“Iya Kanjeng Ratu.” jawab Damarwulan sambil menunduk.”
“Bagaimana Patih Logender menemukan Damarwulan ?”
“Jadi begini Kanjenng Ratu, sebenarnnya Damarwulan sudah hidup lama denganku dan bahkan sudah menjadi menantu. Maafkan Kanjeng Ratu hamba baru mengahadap sekarang.”
“Iya sudah tidak apa-apa. Saat ini Minak Jingga telah membrontak Majapahit. Korba telah banyak berjatuhan dan Paman Adipat Tuban pun sudah menjadi korban. Sanggupkah kamu Damarwulan melawan Minak Jingga ?”
“Baiklah Kanjeng Ratu.”
“Jika nanti  menang kamu ku angkat menjadi raja Majapahit.”
“Iyaaa Kanjeng Ratu.”
Setelah pembicaraanya selasai Patih Logender dan Damarwulan segera mohon diri. Damarwulan langsung berlatih diri agar pada saat melawan Minak Jingga kuat. Setelah beberapa hari berlatih Damarwulan pergi ke luar kota raja bersama Sabdapalon.
“Hai Menak Jingga ! lawanlah aku.” Seru Damarwulan setelah tiba di Blambangan.
“Siapa kamu ?”Berani-aninya kamu akan melawa aku.
“Aku Damarwulan pembrontak! Aku diutus oleh Ratu Ayu Kencana Wungu untuk membasmimu.”
“Ha..ha..ha, Damarwulan kamu tidak akan bisa menghadapi kesaktianku dengan senjata pasukaku, gada wesi kuning!”
Pertarungan  Damarwulan dan Menak Jingga pun berlangsung sengit. Keduanya saling bergantian menyerang. Namun ternyata Damarwulan kalah dalam pertarungan. Dammarwulan pun  di masukan kedalam  penjara.
Dewi Wahita dan Dewi Puyengan kedua selir Menak Jingga terpikat dengan ketampanan Damarwulan. Mereka mengobati Damarwulan secara diam-diam tanpa sepengetahuan Menak Jingga. Kemudian Damarwulan diberi rahasia kesaktian Menak Jingga.
“Kekuatan Menak Jingga pada senjata gada wesi kuning, dia tidak bisa apa-apa jika tidak memakai senjata itu.” kata Dewi Wahita.
“Lalu bagaimana aku merampas senjatanya.” tanya Damarwulan
“Kami akan membantu mengambil senjata itu.”
 Malam tiba harinya,  Dewi Wahita dan Dewi Puyengan mengambil senjat gada wesi kuning pada saat Menak Jingga terlelap. Lalu merekan memberikan kepada Damarwulan. Setelah memilki senjata itu  keseokan harinya Damarwulan menantanng Menak Jingga.
“Hai Damarwulan, Bagiaman kaku mendapatkan senjataku itu!”
Damarwulan langsung menyerangnya tanpa menjawab. Menak Jingga tidak bisa apa-apa karena senjatanya digunkan oleh Damarwulan. Damarwulan pemenggal kepala Menak Jingga. Lalu Kepala Menak Jingga dibawa ke Ratu Ayu Kencana  Wungu. Dalam Perjalananya Damarwulan dihadang oleh Layang Seta dan Layang Kemitir. Ternyata selama perjalanan ke Blambangan Damarwulan di ikuti oleh mereka berdua. Layang Seta dan Lyanng Kemitir akan merubut kepala Menak Jingga agar diakui  pemenang.
“Hai Damarwulan serahkan kepala itu.!” Seru Layang Seta
Damarwulan menolaknya, pertarungan pun taidak terlendalikan. Damarwulan kalah karena dikroyok. Layang Seta dan Layang Kemitir membawa kepalanya kepada sang ratu tetapi Damarwulan datang dan segera menyampaikan kebenaran.
“Ampun gusti, hamba telah menjalankan tugas dengan benar tetapi ditengah perjalanan dihadang oleh Layang Seta dan Layang Kemitir.” lapor Damarwulan.
“Perkataan Damarwulan itu bohong kanjeng ratu.” sanggah Layang Seta.
Mereka saling mengakuinya dan tidak ada yang mau mengalah. Ratu Ayu Kencana Wungu pun menjadi bingung. Damarwulan mengajak Carangwaspa, Wallikrama, Dewi Wahita dan Dewi Puyengan memberikan kesaksian kepada Ratu Kenaca Wungu bahwa yang berhasil membunuh Menak Jingga adalah Damarwulan, bukan Layang Seta dan Layang Kemitir.
Akhirnya Damarwulan menenangkan pertarungan Menak Jingga. Damarwulanpun menjadi raja dan sekaligus menjadi suami Ratu Ayu Kencana Wungu di Majapahit.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar