Menak
Jingga
Zaman
dahulu kala terdapat sebuah desa yang jaraknya
jauh dengan Kerajaan majapahit. Di sana tinggal seorang Pahit Logender. Ia
hidup bersama Damarwulan, Dewi Anjasmara, dan anak sulungnya. Damarwulan
adalah menantu dari Patih Logender karena Damarwulan telah memperistri kedua
anaknya.
Siang
itu Patih Logender mendapat amanat oleh Sang Ratu Ayu Kencana Wungu bahwa
Damarwulan ditugaskan untuk melawan Minak Jingga . Akan tetapi Patih Logender
tidak yakin Damarwulan bisa mengalahkan. “Jika nanti Damarwulan kalah bagaimana
dengan anakku pasti akan menjadi janda. Tetapi, kalau menang dia akan menjadi
raja di Majapahit.” Patih Bingung dengan amanat Sang Ratu Ayu Kencana Wungu di
sisi lain ia juga memikirkan kepentingan keluarga.
“Sabdapalon
...., Sabdapalon...!” Patih Lodeger memangil salah satu orang abdinya.
“Iyaa,
gusti.” jawab Sabdapalon dengan lari terbirit-birit.
“Panggilkan
Damarwulan untuk menghadap sekarang juga.”
“Baik
gusti.”
Tidak
lama kemudian Damarwulan datanng di hadapan Patih Lodenger.
“Ada
apa bapak memanggilku ?”
“Ratu
Ayu Kencana Wungu meminta kamu untuk menghadap ada sesuat yang dibicarakan,
cepatlah kamu bersiap-siap.”
“Baik
lah, Bapak.”
Berangkat
lah Patih Logender dan Damarwulan sepanjang perjalannya hampir semua orang
hormat. Tidak membutuhkan waktu lama Damarwulan dan Patih Logender sampai di
istana. Mereka langsung menghadap Ratu Ayu Kenncana Wungu.
“Ini
Damarwulan, Kanjeng Ratu.”
“Anak
muda benar kamu Damarwula?”
“Iya
Kanjeng Ratu.” jawab Damarwulan sambil menunduk.”
“Bagaimana
Patih Logender menemukan Damarwulan ?”
“Jadi
begini Kanjenng Ratu, sebenarnnya Damarwulan sudah hidup lama denganku dan
bahkan sudah menjadi menantu. Maafkan Kanjeng Ratu hamba baru mengahadap
sekarang.”
“Iya
sudah tidak apa-apa. Saat ini Minak Jingga telah membrontak Majapahit. Korba
telah banyak berjatuhan dan Paman Adipat Tuban pun sudah menjadi korban.
Sanggupkah kamu Damarwulan melawan Minak Jingga ?”
“Baiklah
Kanjeng Ratu.”
“Jika
nanti menang kamu ku angkat menjadi raja
Majapahit.”
“Iyaaa
Kanjeng Ratu.”
Setelah
pembicaraanya selasai Patih Logender dan Damarwulan segera mohon diri. Damarwulan
langsung berlatih diri agar pada saat melawan Minak Jingga kuat. Setelah
beberapa hari berlatih Damarwulan pergi ke luar kota raja bersama Sabdapalon.
“Hai
Menak Jingga ! lawanlah aku.” Seru Damarwulan setelah tiba di Blambangan.
“Siapa
kamu ?”Berani-aninya kamu akan melawa aku.
“Aku
Damarwulan pembrontak! Aku diutus oleh Ratu Ayu Kencana Wungu untuk
membasmimu.”
“Ha..ha..ha,
Damarwulan kamu tidak akan bisa menghadapi kesaktianku dengan senjata pasukaku,
gada wesi kuning!”
Pertarungan Damarwulan dan Menak Jingga pun berlangsung
sengit. Keduanya saling bergantian menyerang. Namun ternyata Damarwulan kalah
dalam pertarungan. Dammarwulan pun di
masukan kedalam penjara.
Dewi
Wahita dan Dewi Puyengan kedua selir Menak Jingga terpikat dengan ketampanan
Damarwulan. Mereka mengobati Damarwulan secara diam-diam tanpa sepengetahuan
Menak Jingga. Kemudian Damarwulan diberi rahasia kesaktian Menak Jingga.
“Kekuatan
Menak Jingga pada senjata gada wesi kuning, dia tidak bisa apa-apa jika tidak
memakai senjata itu.” kata Dewi Wahita.
“Lalu
bagaimana aku merampas senjatanya.” tanya Damarwulan
“Kami
akan membantu mengambil senjata itu.”
Malam tiba harinya, Dewi Wahita dan Dewi Puyengan mengambil senjat
gada wesi kuning pada saat Menak Jingga terlelap. Lalu merekan memberikan
kepada Damarwulan. Setelah memilki senjata itu
keseokan harinya Damarwulan menantanng Menak Jingga.
“Hai
Damarwulan, Bagiaman kaku mendapatkan senjataku itu!”
Damarwulan
langsung menyerangnya tanpa menjawab. Menak Jingga tidak bisa apa-apa karena
senjatanya digunkan oleh Damarwulan. Damarwulan pemenggal kepala Menak Jingga.
Lalu Kepala Menak Jingga dibawa ke Ratu Ayu Kencana Wungu. Dalam Perjalananya Damarwulan dihadang
oleh Layang Seta dan Layang Kemitir. Ternyata selama perjalanan ke Blambangan
Damarwulan di ikuti oleh mereka berdua. Layang Seta dan Lyanng Kemitir akan
merubut kepala Menak Jingga agar diakui
pemenang.
“Hai
Damarwulan serahkan kepala itu.!” Seru Layang Seta
Damarwulan
menolaknya, pertarungan pun taidak terlendalikan. Damarwulan kalah karena
dikroyok. Layang Seta dan Layang Kemitir membawa kepalanya kepada sang ratu
tetapi Damarwulan datang dan segera menyampaikan kebenaran.
“Ampun
gusti, hamba telah menjalankan tugas dengan benar tetapi ditengah perjalanan
dihadang oleh Layang Seta dan Layang Kemitir.” lapor Damarwulan.
“Perkataan
Damarwulan itu bohong kanjeng ratu.” sanggah Layang Seta.
Mereka
saling mengakuinya dan tidak ada yang mau mengalah. Ratu Ayu Kencana Wungu pun
menjadi bingung. Damarwulan mengajak Carangwaspa, Wallikrama, Dewi Wahita dan
Dewi Puyengan memberikan kesaksian kepada Ratu Kenaca Wungu bahwa yang berhasil
membunuh Menak Jingga adalah Damarwulan, bukan Layang Seta dan Layang Kemitir.
Akhirnya
Damarwulan menenangkan pertarungan Menak Jingga. Damarwulanpun menjadi raja dan
sekaligus menjadi suami Ratu Ayu Kencana Wungu di Majapahit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar