Cinta Ular Tangga
Aku
Andres Melandari si gadis tomboy. Sifat
yang dimiliki oleh aku sangat berbeda dengan ketiga saudara perempuan. Mungkin
aku dilahirkan sebagai seorang anak laki-laki akan tetapi Tuhan berkehendak
lain. Kadang aku berpikir dengan sifatku yang berbeda dengan anak-anak
perempuan lainnya yang waktu kecil suka
bermain boneka dan bermain pasar-pasaran sedangkan aku hanya seorang anak yang
waktu kecilnya suka bermain bersama anak laki-laki, apakah ada seorang laki-laki
nantinya yang mau mengdekati ?.
Kini aku duduk
di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas 11. Sifat tomboy yang aku miliki mulai sedikit
tidak terlihat. Aku mempunyai seorang pacar yang menurutku dia seorang
laki-laki yang baik. Namanya Sidhik Pamungkas. Dia seorang kakak kelas satu
tahun diatasku. Sudah 6 bulan lebih hubunganku bersama Sidhik. Banyak peristiwa
yang sudah kita lewati. Kian lama rasa yang ada mulai
bertambah dalam hubungan kita. Sehingga hubungan ku dengannya selalu baik-baik
saja tanpa ada pertikai diantara kita.
Akan tetapi menjelang kelulusan Sidhik mulai ada gejolak-gejolak yang
timbul.
“Hai
dhik, kamu mau kuliah dimana apa kamu mau langsung kerja ?” tanya aku kepadanya.
“InsyaAllah
aku mau kuliah dulu, mau coba daftar di UNY.”
“Hah?
Jauh dong, terus aku nanti gimana? Kesepian dong tidak ada kamu.
“Iya
begitulah, mungkin kita akan bisa ketemu di waktu luang”.
Setelah
aku tahu bahwa sidhik akan berkuliah ditempat yang jauh, pikiranku sudah mulai
muncul hal-hal yang aneh. Aku memikirkan resiko yang akan muncul nantinya. Pasti
akan jarang bertemu dengan sidhik.
Pengumuman
kelulusan pun berlangsung, jas hitam, dasi merah dan lengkap dengan toga Sidhik terlihat gagah sekali. Aku menghampiri dia di dekat depan gedung terbuka.
“Gimana
dhik, luluskan pastinya ?” Tanya ku.
“Iya
dong.”
“Berapa
Nem mu ?”
“Aku
mendapat nem yang lumayan tinggi 34 yang, hehehe”
“Hah
masa?”
“Iya
beneran sayang.”
Aku
sedikit terkejut atas ucapan yang dilontarkan oleh Sidhik karena aku kira dia tidak
terlalu memikirkan soal tentang pelajaran malah justru nilainya lebih tinggi
dibandingkan teman-teman yang lain.
Beberapa
bulan sudah Sidhik sudah meninggalkan Sekolah Menengah Atas dengan melanjutkan
kejenjang yang lebih tinggi. Sidhik melanjutkan ke Universitas yang
diingikannya. Dan aku pun naik tingkat kelas 12. Semenjak Sidhik tidak lagi
sekolah lagi disini aku sudah mulai tidak bersemangat lagi. Tidak ada lagi yang
setiap istirahat menghampiri ke kelas.
Satu bulan sudah tanpa kehadiran
Sidhik disisiku. Semenjak Sidhik bersekolah ditempat yang jauh tidak ada lagi
yang special dalam hubunganku. Jarak yang jauh membuat kita jarang bertemu.
Tapi aku yakin jika Sidhik akan setia kepada ku walaupun jarak telah
memisahkannya.
Dua bulan berlalu, hubunganku dengan
Sidhik seperti berteman saja. Di saat keadaan hubunganku seperti ini datang teman
dekatku. Dia orang yang benar-benar menyebalkan akan tetapi dia sangatlah
kepadaku perhatian. Dia adalah Aris, mantan waktu ku duduk di bangku kelas 10.
Tempat duduk ku berbelakangan dengan Aris. Kita sering bersendagurau bersama.
Seiring bejalannya waktu Aris semakin perhatian kepadaku. Hati ini mulai
tergoyah akan perhatiannya. Sampai suatu saat hari Aris menyatakan sayang
kepadaku lewat BBM.
“Sore, ndres kok sekarang aku merasa
kita dekat lagi ya ? seperti muncul perasaan yang lebih dari teman lagi
hehehe.”
“Perasaan apa?”
“Aku sepertinya sayanng kembali deh
sama kamu.”
“Ris
kamu kan sudah memilki kekasih, kenapa mesti sayang ke aku ?” Tanya ku padanya.
“Iya
memang aku sudah memiliki kekasih, tetapi perasaan ini muncul secara tiba-tiba
dan aku sekarang sudah tidak ada lagi perasaan sama kekasihnya aku.”
Aku
terkejut atas ternyataan yang dijawabanya.
Hari
demi hari sudah ku lalui. Tanpa ku sadari aku mempunyai rasa yang sama dengan
Aris. Hatiku bertanya-tanya, “mengapa perasaan ini harus muncul ? Lalu
bagaimana dengan hubunganku dengan
Sidhik nantinya.” Pertikaian mulai terjadi.
Ternyata
kedekatan ku dikelas dengan Aris dimata-matai oleh teman dekat pacarnya. Devi menganggap dekatan ku
dengan Aris tidak berteman yang biasanya. Devi merasakan bahwa kalian sudah
mulai ada rasa kembali.
Perasaanku
kepadanya semakin kuat. Bahkan perasaan sayangku lebih besar dibandingkan
kepada Sidhik. Sampai suatu hari aku memberikan sedikit saran kepada Aris lewat
BBM.
“Sudah
ris, kalau kamu memilih pacar kamu yang sekarang ya tidak apa-apa. Aku juga
masih ada Sidhik. Jangan maksain perasaan kamu nanti palah kamu yang akan
sakit.”
“Iya,
akan ku pikirkan matang-matang.”
Pesan Aris tidak ku balas kembali, aku tiduran di atas
kasur bergulang-gulung dengan berpikir keras bagaimana caranya agar mereka
tidak tersakiti karena aku. Tidak mungkin juga jika aku akan memilih
kedua-duanya. Ini semua membuatku bimbang. Setelah berminggu-minggu aku
memikirkan semau ini akhirnya aku memutuskan untuk melepaskan Sidhik dan aku ingin jujur kepada perasaanku sendiri.
Aku pikir “percuma jika melanjutkan hubungannya dengan Sidhik jika perasaanku
sudah tidak seperti dulu lagi. Sekarang bertemu pun jarang dan apa lagi Sidhik lebih sibuk dengan
urusan sekolahnya.”
Pada
hari sabtu malam Sidhik menemui ku di rumahnya. Bingung bagaiamna aku harus
mnegawali omonganku ini takut ku berbicara salah. Setelah kita berbincang cukup
lama akhirnya aku memberanikan diri untuk mulai berbicara kepadanya.
“Dhik
ada yang aku bicarakan tapi kamu jangan
kaget ya.”
“Hah
? apaaaaaaaa?” Dengan bersendagurau.
“Halah
aku aja belum sempat bicara palah kamu sudah kaget duluan. Jadi gini dhik aku
pengin kita berteman lagi saja ya mungkin hubungan kita tidak lagi cocok untuk
dilanjutkan”
Sidhik
hanya tediam kaget atas mendengar perkataanku.
“Tak
tega ketika melihat raut wajah sidhik yang awalnya bahagia kemudian memasang
raut wajah yang tidak enak.” Batin ku.
“Kenapa
kamu berbicara seperti itu yang ?”
“Aku
merasa kita sudah tidak cocok saja.”
“Pasti
ada alasan lain kamu putusin aku ?”
“Aku
tidak mau berhubungan dengan jarak jauh, apa lagi akhir-akhir ini kamu sudah
jarang menghubuni aku. Tidak tau kamu sibuk dengan kuliah mu atau apa.”
“Kenapa
kamu selalu tidak percaya ke aku yang, disana aku selalu baik tidak pernah
nakal dengan wanita lalin, apa kamu masih tidak percaya !”
Aku diam dan bingung harus ngomong apa lagi.
Setelah beberapa menit aku tidak menjawab pertanyaan dari Sidhik akhirnya
Sidhik mengatakan “sudah kau itu mau mu” Dengan wajah kecewa Sidhik menaiki
motor dengan sangat kencanng.
Seperti
tidak percaya akan pernyataanku. Aku yang dulu percayai selalu setia. Kini
kepercayaannya telah hancur oleh ku. Sebenarnya aku tidak ingin menyakiti
Sidhik tetapi aku ingin jujur dengan perasaanku sendiri.
Kini
masalah ku dengan Sidhik sudah terselesaikan. Aku sekarang menganggap hanya
sebagai teman. Selama 13 bulan lamanya aku bersama Sidhik sangalah berarti kehadiran dia di kehidupan
ku. Aku hanya bisa mengenang dengan masa lalu
yang indah itu. Tidak lama aku putus dengan dengannya. Aku sangat terkejut saat mendengar bahwa Aris
telah putus dengan Anisa “apa mungkin
ini juga karena ada hubunganya dengan aku. Akhir-akhir ini kan aku
di mata-mata oleh Devi dan
teman-temannya.”
Keesokan
harinya aku bertemu Aris di depan pintu gerbang sekolah.
“Kau
sendiri saja ris?”
“Iya
begitulah seperti yang kau lihat aku sendirian.” Dengan wajah datar.
“Kenapa
kok kamu mukanya seperti itu, apa sedang masalah ?”
“Halah
kamu pasti udah tau kok kenapa harus tanya.”
“Oooooh
soal itu, emang benaran kamu putus ris?” sambil berjalan menuju kekelasnya.
“Percumah
kalau aku berlanjut hubungannya dengan Anisa kalau sifat dia yang selalu
curigaan terus-terusan tidak pernah mau berubah. lebih baik aku sendiri saja.”
“Apa putusnnya kamu karena ada hubungannya dengan
aku? jawab dengan jujur !”
“hmmmmmmmmmmmmmm.”
Pada
saat Aris akan menjawab Boby menepuk dari belakang, kemudian aku berjalan
mendahuluinya untuk menuju ke kelas. Suasana kelas sangat ramai
teman-temanku Anggun, Tama dan Sarah menyambutku dengan suka ria secara tiba-tiba. Ternyata mereka hanya akan memberitahukan
putusnya Aris dengan Anisa dan memdukungnya
aku untuk kembali dengan Aris. Namun aku hanya bisa tersenyum saja karena semuanya
tergantunng pada Aris.
Bel berbunyi waktu pelajaranpun
selesai. Aku Anggun, Tama, dan Sarah
berjalan menuju ke parkiran motor tiba-tiba Aris menarik aku dari belakang.
“Ada
yang aku bicarakan ke kamu ?” Tanya Aris
“Hahahahaaa,
tak usah serius kau bicaranya ris.”
“Ini
serius ndres ada yang aku bicarakan. kamu itu sebenarnya masih ada sesuatu
tidak dengan aku si?”
Aku
hanya bisa tertawa mendengar ucapaan yang dikeluarkan oleh Aris.
“Kenapa
kau palah tertawa, apa ada yang lucu atas ucapaanku barusan ?”
“Tidak
juga si hehehe.”
“Tolong
jawablah ndres, aku tidak bisa membohongi perasaanku saat ini. Rasa sayang aku
ke kamu masih sama seperti dulu kita pacaran, aku nyaman dengan kamu sayang.
Apa kamu tidak merasakan hal yang sama ?”
Senyum bahagia yang aku tunjukan
“Kamu
mau kembali dengan ku tidak ?”
“Apa
kembali ? emang kamu udah yakin atas
keputusan mu mutusin pacar kamu kemarin.
Apa tidak ingin kembali lagi dengannya ?”
“Alah
sudahlah jangan bahas tentang dia, sekarang itu antara aku dan kamu saja.”
“Hmmmmmmmmmmm.”
“Jawablah
aku butuh kepastianmu sekarang ?”
“Ya
sudah deh, aku mauu.”
“Mau
apa, yang jelas dong.” terlihat wajah penuh harapan.
“Iya
mau kembali dengan mu lah heheh.”
Saling
berpeggangan tangan erat dengan senyuman kebahagian. Dan tepat pada tanggal 20
Maret 2013 aku kembali menjaling pacaran dengan Aris. Beberapa hari gosip
tersebar luas disekolah bahwa aku kembali lagi dengan Aris, Anisa mengetahuinya
awalnya dia tidak bisa menerima tapi seiring berjalanya waktu Anisa dan teman
dekatnya menerima hubunganku dengan
Aris. Akhirnya aku bisa menjalin kasih
dan cinta bersamanya kembali.